Yontaifib adalah satuan elite dalam Korps Marinir, seperti halnya Kopassus
dalam jajaran TNI-AD. Di masa lalu satuan ini dikenal dengan nama Kipam (Komando Intai Para Amfibi).
Bagi prajurit marinir biasa, bila ingin memperoleh kualifikasi (brevet)
intai amfibi, tentu harus lolos seleksi lebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan mengikuti program latihan tambahan selama
sembilan bulan, yang kurikulumnya jauh lebih berat. Brevet intai amfibi kira-kira sama kelasnya dengan brevet Komando dalam
Kopassus. Untuk menjadi anggota Yontaifib, calon diseleksi dari prajurit marinir yang memenuhi
persyaratan mental, fisik, kesehatan, dan telah berdinas aktif minimal dua tahun. Bukti beratnya memperoleh kualifikasi intai
amfibi, bisa dilihat dari pengalaman selama ini, bahwa tingkat keberhasilan calon anggota memperoleh brevet intai amfibi hanyalah
sepuluh persen. Artinya, dari 500 siswa yang mengikuti pelatihan, paling hanya sekitar 50 siswa yang lulus, dan berhak memperoleh
brevet intai amfibi. Salah satu program latihan yang mendebarkan bagi siswa pendidikan intai
amfibi, adalah berenang dalam kondisi tangan dan kaki terikat, sejauh 3 km. Karena kedua tangan dan kaki terikat, maka cara
berenangnya mengikuti gaya lumba-lumba. Renang gaya lumba-lumba ini sebagai antisipasi, bila suatu saat anggota ditawan musuh.
Kemampuan renang gaya lumba-lumba dapat digunakan sebagai salah satu cara meloloskan diri. Ide
pelatihan ini berasal dari pengalaman pasukan elite Amerika (SEAL), yang ditawan pihak lawan saat Perang Vietnam dulu, namun
tetap bisa meloloskan diri, dengan berenang dalam kondisi tangan dan kaki terikat.
Taifib troops in a reconnaissance operation from sea.
Taifib troops in reconnaissance exercise.
Taifib troops in exercise.
|