Salah satu kesatuan
dari Polri yang paling tua adalah Brigade Mobil (Brimob), didirikan pada akhir tahun 1945. Kesatuan ini pada mulanya diberikan
tugas untuk melucuti senjata tentara Jepang, melindungi kepalan negara, dan mempertahankan ibukota. Brimob turut berjuang
dalam perang revolusi. Para personelnya juga mengambil bagian dalam konfrontasi militer dengan Malaysia sekitar tahun 1960an
dan dalam konflik di Timor Timur di pertengahan era 1970. Di tahun 1981 Brimob membentuk sub unit baru yang disebut unit Penjinak
Bahan Peledak (Jihandak).
Semenjak tahun 1992
Brimob pada dasarnya adalah organisasi militer para yang dilatih dan diorganisasikan dalam kesatuan-kesatuan militer. Brimob
memiliki kekuatan sekitar 12.000 personel. Brigade ini fungsi utamanya adalah sebagai korps elite untuk menanggulangi situasi
darurat, yakni membantu polisi dalam operasi yang membutuhkan aksi yang cepat. Mereka diterjunkan dalam operasi pertahanan
dan keamanan domestik, dan telah dilengkapi dengan perlengkapan anti huru-hara khusus. Mereka telah dilatih khusus untuk menangani
demonstrasi massa. Semenjak huru-hara yang terjadi pada bulan Mei 1998, Pasukan Anti Huru-Hara (PHH) kini telah menerima latihan
anti huru-hara khusus.
Beberapa elemen
dari Brimob juga telah dilatih untuk melakukan operasi lintas udara.
(Sumber:
http://www.globalsecurity.org/military/world/indonesia/polri.htm)
|
|
One of the oldest Indonesian National Police units was the Mobile Brigade, formed in late 1945. It
was originally assigned the tasks of disarming remnants of the Japanese Imperial Army and protecting the chief of state and
the capital city. It fought in the revolution, and its troops took part in the military confrontation with Malaysia in the
early 1960s and in the conflict in East Timor in the mid-1970s. In 1981 the Mobile Brigade spawned a new unit called the Explosive
Ordnance Devices Unit.
In 1992 the Mobile Brigade was essentially a paramilitary organization trained and organized on military
lines. It had a strength of about 12,000. The brigade was used primarily as an elite corps for emergencies, aiding in police
operations that required units to take quick action. The unit was employed in domestic security and defense operations and
was issued special riot-control equipment. They were trained to deal with mass demonstrations. Since the May 1998 upheaval,
PHH (Pasukan Anti Huru-Hara, Anti Riot Unit) have received special anti-riot training. Elements of the force were also
trained for airborne operations.
(Source: http://www.globalsecurity.org/military/world/indonesia/polri.htm)
|